Beras BPNT yang kuning dan diduga tak layak konsumsi |
Progam Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang selama ini berjalan ditengah masyarakat kecil sebagai pengganti RASKIN (beras untuk masyarakat miskin) seharusnya bisa membuat hati gembira dan meringankan beban mereka yang kurang beruntung karena bantuan yang didapatkan lebih lengkap berupa beras, buah dan lauk pauk, diharapkan mampu memberikan nilai gizi lebih untuk warga kekurangan.
Tidak seperti sebelumnya, penyaluran BPNT kali ini banyak dikeluhkan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebutan bagi mereka yang menerima. Hal ini disebabkan Karena kualitas beras yang mereka terima dianggap tak layak dan tidak sesuai dengan harga yang diberikan, padahal beras sebelumnya mendapat 15 kilo sekarang menyusut menjadi 10 kilo.
Keluh kesah warga disampaikan oleh salah satu KPM di Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Sabtu, (8/1/2022). Ia yang tidak mau disebutkan namanya mengeluhkan beras yang didapatnya berwarna kuning dan berbau seperti beras lama.
"Saya sempat tanya kepada agen, bahkan harga bawang merah di pasaran juga tidak sampai 20 ribu. Ini kita dapat harga kenapa lebih mahal dari di pasaran? Sedangkan untuk beras mereka mengaku dikoordinir sesuai kesepakatan. Apakah kelayakan beras tidak dicek?" Cecarnya.
Sebagai bahan uji coba kelayakan konsumsi, beras tersebut dimasak dengan 2 cara yaitu di tanak menggunakan panci dandang dan magic com. "Hasilnya seperti ini, berasnya kuning setengah merah ketika dimasak dan berbau. Ini nanti sedikit sore saja sudah berlendir." Jelasnya.
Nota pembelian BPNT seorang warga di Kecamatan Jenangan, Ponorogo |
Tak hanya itu, saat ia menunjukkan nota pembelian, di bulan November dan Desember tertera harga 9.200 Rupiah. "Saya saja biasanya membeli beras seharga 8.500 sangat putih dan enak dimakan serta tidak cepat basi. Sekarang kami tidak bisa makan ini karena berasnya tidak enak. Kami akhirnya jual beras ini dengan harga 6000 rupiah perkilonya. Bahkan kemarin ada tempe yang busuk," urainya.
Berkaitan dengan klarifikasi hal tersebut, Srikandhi Warta mendatangi Koordinator BPNT Kabupaten, Adip Wahyudi. Ditemui di kantor Dinas Sosial, pihaknya mengiyakan bahwa memang akhir-akhir ini beras menurun kualitasnya. "Memang benar, beras bulan November-Desember menurun kualitasnya. Kami juga sudah panggil pihak terkait. Juga sudah ada peringatan." Jelas Adip.
Pihaknya menjelaskan jika tugasnya hanya sebagai tim yang memonitoring sedangkan untuk supplier yang menentukan adalah koordinator dari agen-agen di Kecamatan. Sehingga yang menentukan supplier adalah agen se-Kecamatan tersebut.
"Saya hanya memonitoring, ya ancamannya nanti jika tidak berubah kualitas berasnya sesuai aturan akan sanksinya kita berhentikan supplier selama 3-4 bulan sebagai efek jera. Ya alasannya karena penyalurannya kan ini rapel ya jadi stoknya sulit." Tuturnya.
Belakangan harga beras semakin naik bahkan sampai harganya 9400 per kilo. Adip juga memberikan kontak untuk menghubungi koordinator agen setempat, Supriyono, selaku koordinator agen atau perwakilan mengiyakan bahwa tempe ada yang busuk namun tidak semua. "Mungkin raginya ya lupa, memang ada yang busuk tapi di tukar oleh agen sehingga ada ganti rugi.
Ia mengatakan bahwa di Kecamatan Jenangan hanya ada koordinator atau satu orang yang ditunjuk untuk mewakili suara agen-agen. Sedangkan untuk petugas yang berwenang menangani sementara baru saja mengundurkan diri. (Sw/Ny)
COMMENTS